Jumat, 08 Januari 2016

Keajaiban Kelor

Dunia memang tak selebar daun kelor. Khasiat daun kelor pun tak sesempit ukurannya.
Kelor banyak ditemukan tumbuh liar di pinggir jalan. Kita sering melewatinya, tapi lebih sering tidak mengindahkan tumbuhan berdaun mirip petai cina ini. Namun, jika kita mengetahui manfaat besar yang terkandung dalam kelor, terutama bagian daunnya, ada baiknya tumbuhan ini kita tanam di rumah.
Pemanfaatan tumbuhan bernama ilmiah Moringa oleifera ini sebagai bahan makanan telah lama dikenal. Masyarakat pedesaan menggunakan daun kelor sebagai sayuran yang dimasak ataupun dikonsumsi untuk lalap teman makan nasi. Annas Ahmad, produsen beberapa obat herbal di Kalimalang, Jakarta Timur, bertutur, di Madura daun kelor sangat populer dimasak seperti sayur bayam.
Sementara itu, pemanfaatan kelor dalam pengobatan baru menjadi tren dua-tiga tahun terakhir. Itu pun masih di Amerika Serikat, Filipina, dan India. Bahkan, Annas mengungkapkan, kelor menjadi salah satu andalan dalam mengatasi masalah kelaparan di Ethiopia. “Apa yang ada di benak kita begitu mendengar kata Ethiopia? Kelaparan kan? Itu sudah masa lalu. Sekarang di sana sehat-sehat, tidak ada lagi busung lapar. Karena apa? Karena kelor,” ucapnya.
Di Indonesia sendiri, pemanfaatan kelor dalam pengobatan masih belum populer, bahkan kelor kerap dicitrakan dalam hal-hal yang berbau mistis. Dalam situsnya, daunkelor.com, Annas menyarankan, “Mungkin kita patut meniru negara-negara di Afrika untuk mengatasi masalah gizi buruk. Untuk sebagian besar saudara kita, jeruk masih mahal, wortel mahal, susu mahal, obat dan dokter pun semakin mahal.”
Pohon Ajaib
Berkurangnya penderita busung lapar di negara yang identik dengan kemiskinan secara signifikan, memang cukup mencengangkan. Seberapa besarkah peran daun kelor dalam mengatasi kelaparan tersebut? Kelor ternyata mengandung nutrisi lengkap yang cukup mencengangkan.
Penelitian khasiat daun kelor untuk gizi buruk pertama kali dilakukan Lowell Fuglie, warga negara Perancis yang tinggal di Senegal, Afrika. Dia meneliti penggunaan daun kelor pada ibu hamil yang mengalami gizi buruk. Hasilnya, dengan konsumsi daun kelor, ibu hamil tersebut masih bisa melahirkan bayi yang sehat. Hasil penelitiannya diadopsi banyak negara untuk memerangi kasus gizi buruk. Bahkan negara-negara Afrika menggalakkan penanaman daun kelor.
Secara umum, daun kelor memiliki kandungan antioksidan terlengkap yang dibutuhkan tubuh untuk memulihkan dan menjaga kesehatan. Manfaatnya antara lain sebagai anti-inflamasi, menurunkan kadar kolesterol jahat, mengobati nyeri, dan mengatasi gizi buruk,” papar Annas.
Kandungan nutrisi daun kelor memang dapat dikatakan luar biasa. Dalam situsnya, ayah satu anak itu menjelaskan daun kelor mengandung Vitamin C yang lebih banyak ketimbang jeruk dalam bobot yang sama, kalsium 14 kali lipat dibandingkan susu, kalium empat kali lipat dari pisang. Kadar proteinnya dua kali lipat yoghurt, bahkan zat besinya sembilan kali lipat dibandingkan bayam. Kandungan seratnya empat kali lipat dari gandum dan Vitamin A-nya dua kali lipat dibandingkan wortel.
“Dari 24 unsur nutrisi berupa vitamin, mineral, dan asam amino yang kami uji di laboratorium milik sebuah universitas di Malang, semua terdeteksi keberadaannya (dalam daun kelor) dengan kadar yang cukup signifikan. Penelitian pun membuktikan tumbuhan ini sama sekali tidak mengandung zat-zat berbahaya,” jelas pria kelahiran Malang ini. Dia juga menambahkan, daun kelor diketahui dapat memperbanyak dan melancarkan ASI seperti daun katuk.
Walaupun kandungan nutrisi daun kelor seperti tidak wajar, dunia internasional mengakuinya dengan menyebut kelor sebagai miracle tree alias pohon ajaib. Sebutan ini diperkuat dengan daya tahan kelor terhadap cuaca. “Bayangkan kita memiliki pohon di halaman rumah yang bisa ditanam dan dirawat dengan mudah, tidak mati karena kemarau panjang, daunnya bisa disayur untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral tubuh, berkhasiat obat. Kedengarannya seperti pohon yang hanya ada di angan-angan, tapi kenyataannya ada,” terang Annas.
Pengembangan untuk Suplemen
Penggunaan kelor dalam pengobatan yang belum begitu populer di Indonesia menggugah Annas. Wiraswasta yang juga memproduksi Lamandel (AGRINA edisi 167) ini, belakangan memproduksi kapsul daun kelor. “Ini 100% kami ambil dari daun kelor. Diminum dua-tiga kapsul setiap hari. Ini sebagai suplemen kesehatan,” ujarnya.
Di Filipina dan Amerika Serikat, daun kelor dijadikan tepung, dan dicampurkan dalam makanan sehari-hari. Ada pula yang mengonsumsinya dalam bentuk minuman berupa teh celup. Karena manfaat dan kepraktisan penggunaannya inilah daun kelor menjadi tren baru di Amerika dan Eropa.
Demi menjaga kualitas dan kontinuitas bahan baku, Annas dan keluarganya membuka kebun kelor di kawasan Malang, Jawa Timur seluas tiga hektar dengan budidaya secara organik. “Kami masih mengembangkan perkebunannya agar kualitas terjaga. Jadi, produksi masih sekitar 500-1.000 botol per bulan,” ungkap sarjana Teknik Elektro ini.
Tidak hanya daun, bahkan akar, biji, kulit batang, buah, hingga bunganya juga menyimpan manfaat kesehatan. Akar kelor berkhasiat sebagai peluruh seni, peluruh dahak, pereda kejang, dan menurunkan tekanan darah. Biji kelor digunakan untuk kosmetik dan penjernih air. Kulit batangnya bisa menawarkan racun ular. Buahnya dapat merangsang pencernaan, sedangkan bunganya mengatasi radang tenggorokan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar